Teori Berak dalam Menulis

Kepada Guru yang Merasa Kesulitan Menulis Tapi Ingin Nge-Blog

Awal mula nge-blog saya lebih semangat setelah membaca tulisannya Bang Ersis Warmansyah Abbas (beliau ini dosen Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin). Jadi kalau anda kurang semangat menulis coba baca tulisan bang ERSIS tentang teori berak dalam menulis. Sayang sependek yang saya tahu bang Ersis tidak ngeblog lagi di wordpress.com.

Jika sudah punya semangat tapi merasa belum bisa menulis juga baca Ayo Belajar Bersepeda di Blog. Kalau mau nge-blog di wordpress.com ini cara + sedikit tips-triknya.

Berikut saya kutip-kan tulisan Bang Ersis tentang teori berak.

Teori Berak
Menulis itu kan ‘menuangkan’ pikiran, melahirkan apa-apa yang ada di pikiran, apa yang dipikir. Kalau banyak membaca akan banyak hal bisa diolah, otak itu ibarat komputer. Apabila ada input akan terjadi process melahirkan output. Bacaan itu agar otak bisa bekerja dan hasilnya lebih bagus. Tidak lucu kalau otak disuruh bekerja sementara raw materials cekak. Bisa-bisa haus itu sel-sel syaraf. Bisa gila, bo.

Atau mau contoh yang sedikit jorok. Kalau kita banyak makan akan menumpuk di lambung. Mesin lambung akan menggilingnya, mana yang baik dijadikan ‘makanan’ tubuh, ampasnya akan menjadi tahi. Dari masukan makanan itu akan terpenuhi kebutuhan tubuh, Sampeyan akan sehat. Kalau berlebihan tentu saja sakit. Banyak makan akan banyak berak he … he … Kira-kira begitu contoh gampangnya.

Kalau tidak makan, apa yang mau dikeluarkan dubur? Paling-paling kentut. Kalau lambung tidak ada isinya, akan terjadi gesekan yang berakibat penyakit maag. Begitu kata dokter. Begitu juga menulis. Kalau sampeyan merenung terus-menerus, berpikir, tapi bahannya tidak diraup dengan membaca, bisa gila lho, sebab otak bisa rusak. Pendek kisah, harus banyak membaca.

Jadi, kalau bermaksud menjadi penulis, ya banyak membaca. Harus banyak masukan ke otak. Kalau punya entry behaviore yang cukup pastilah menulis jadi mudah. Ya itu, kalau banyak makan, tidak berak-berak, perut bisa meledak. Pasti ada kelainan. Sampeyan tidak mau kan punya kelainan?

Ingat, menulis itu adalah cara keluaran apa yang ada di otak, yang diolah otak. Punya teman yang suka ngomong sepanjang hari? Dia itu orang cerdas yang tidak paham arti kecerdasan. Kalau dia mau belajar menulis, pasti menjadi penulis hebat. Sebab, cara kerja otaknya cepat.

Tapi, sekali lagi ingat, agama kita tidak menganjurkan orang suka omong banyak. Omongan itu tidak bisa dipegang, begitu keluar, di telan ruang. Kalau menulis, bisa dilihat betul-salahnya. Mereka yang punya pengetahuan luas, banyak ilmu, tidak mau menulis, jangan-jangan takut kalau menulis bisa terlihat seketika, dia pintar atau tidak. Menulis itu tidak main-main, lho. Contoh, suatu kali sebuah surat kabar nasional menulis tentang Nabi Muhammad SAW. Nabi yang seharusnya ditulis dengan n tertulis b, jadi babi. Datang protes dari mana-mana, didemo kalangan Islam.

Dengan kata lain, kalau pun bahan-bahan untuk ditulis sudah menumpuk di otak, harus pula hati-hati menuliskannya. Kalau tidak, salah menulis satu huruf saja, fatal akibatnya. Itu soal huruf, apalagi soal rangkaian tulisan.

Sumber kutipan: Mengapa Menulis Sangat Mudah? Oleh Ersis Warmansyah Abbas

Semoga bermanfaat.

43 responses

  1. boleh juga neh teori meskipun aneh tapi boleh dicoba

  2. […] Gue bilang sekalian minta saran soal niru buat belajar, makasih banget untuk masukan terutama dari Helgeduelbek. Persoalannya kudu niru siapa? Ini pertanyaan aneh soalnya nirui kan bukan soal kudu tapi pilihan, […]

  3. jadi bingung nih..
    mo berak dulu atau mo belajar nulis dulu???
    hehehehe 😀

  4. hmmmmmm …….. teori ……….

  5. hehehehe, meski banyak membaca yang saya bahas jauuh dari bacaan tuh, bis komik yang dibaca tapi dangdut yang dibahas

  6. ah membaca isi blog Pak Guru ini gak ada habisnya..
    makasi Pak Guru..
    mari membaca dan bagi2 yaa..

  7. mari makan 4 sehat 5 sempurna sajah.. seperti pepatah “you are what you eat” mungkinkah juga “you write what you read?”

  8. humm, sya biasanya suka bw notebook kecil klo prgi kmana2. jd ktika tiba2 ada ide melintas bisa langsung tertuang saat itu. so sisanya tgl ngemabngin di rumah ato dikantor. simple kan?

  9. belajar nulis? awalnya dari belajar nulis surat keterangan sakit waktu sekolah dulu :p

  10. kalah salah menulis? itu ibarat berak salah tempat ya pak Guru? Tapi khan bisa dikoreksi, atau ada yang mengoreksi toh? Intinya nulis saja, nanti kalau salah dikoreksi. hehe

  11. Emang sih, kalo aku gak nulis apa2 slama sebulan, otak rasanya berat banget. Seperti udah gak mpup seminggu hihihih

  12. Nulis di koran atau majalah kadang editornya juga kurang teliti. Menulis ibarat berak aku setuju juga. Makanan sehatnya ya baca itu. Dan kerja mesin perutnya, ya diam itu. Nggak banyak omong, tapi yang biasanya diomongkan, ya ditulis, gitu loh. Tapi masalah waktu sering dijadikan kambing hitam untuk pengomong itu walaupun untuk ngomong mereka tak pernah punya kambing hitam kecuali enggak ada teman yang mau jadi keranjang sampahnya. Buat kelompok ini, keranjang sampahnya kadang harus dicari-cari sampai-sampai jam kerja juga dipakai untuk berak omongannya. He he 🙂

  13. Nama teorinya memang jorok tetapi aplikabel.

  14. @Kang kombor: berak emang jorok? Kalau tesis awalnya berak itu jorok, dan kebersihan sebagian dari iman. Maka yang berak… imannya sudah berkurang sebagian dong?

    (*mabur, sebelum ditimpuk, hihi*)

  15. Berarti bahan bacaan yang sehat sehat ya. Sebab kalo gak sehat, jadi diare, gak sempet diserap malah menstruasicret.
    Tapi bilangnya tergantung sudut pandang.
    Ukuran bacaan sehat dan enggak trus gimana ?

  16. petuah pak guru yang berguna … jadi mikir teori berak di padu dengan piramida terbalik .. ( koq jadi miris mikirnya .. berak nungging ke atas .., hehehe iseng aja ) ..

    Pak guru terima kasih atas tips yang berguna ini ….

    Salam kenal

  17. Saya setuju pak, walaupun metode saya agak beda ma metode ini.
    Kalo saya lebih mengandalkan fantasi otak saya dalam mencari data untuk diolah kemudian diprint lewat tangan saya.
    Maklumlah saya emang bergerak di bidang fiksi.
    Tapi syarat biar fantasi kita terlatih dengan dahsyat ya itu tadi, harus punya kemampuan dan kemauan membaca buku apa aja baik bidangnya maupun lain bidang,
    salam kenal……

  18. pak guru..pak guru…saya ma e e …Owweekkkk

  19. Emang biasanya kalo lg “Nongkrong” banyak aja terlintas ide2 yg bagus,
    cuma gimana bisa lg nongkrong sambil megang laptop.
    Nyambung ga sih?

  20. […] Jump to Comments Membaca tulisan yang dikutip Pak Urip di blognya tentang Teori Berak dalam Menulis, membuat saya tersenyum2 membenarkan si […]

  21. Kadang ada ide, ngemulai nulis yang susah takut, trus ada suatu perasaan takut ga bagus bahasanya bila ci baca orang ya ga se????

  22. Kalo bawa laptop bisa berak sambil nulis….he….he… 🙂

  23. betul Pak. Kalo abis baca biasanya banyak yang ingin dituangkan…termasuk abis baca blog orang.. 🙂

  24. Wahhh Pak kalu gitu ajarin saya nulis Pak

  25. Halo Pak Guru.
    Saya justru lagi tergila-gila nulis, junga ngeblog. Tahun 2007 ada 10 buku yang dibidani dan puluhan artikel di media cetak. Intip http://www.webersis.com , http://www.unlamview.com , http://www.urangbanjar.com , itu web yang saya pelihara. Maaf baru aja nemua nih. Bagi yang mau nulis saya punya buku Menulis Sangat Muda (MATA KHATULISTIWA, Jogja, Desember 2006) kini sedang proses cetak ulang. Buku Menulis Mari Menulis baru saya kirim ke percetakan. Kalau untuk 10 orang dikirimi gratis deh. Siapa mau? Kirim ke ersis_wa@yahoo.com , ersis@unlamview.com . Saya menerbitkan majalah GAGAH, Unlamview dan Bandjarbaroe Post.
    Salam buat semua.

  26. Wah yang punya tulisan muncul, maaf bang tulisannya saya kutib tanpa permisi, gak papa yah. Saya kira kemana kok blog yg di wordpress.com kok gak dipelihara. Rupanya banyak peliharaan yah.
    Maksud saya membuat pos-posan ini agar rekan guru yang belum mau menulis agar bersegera menunagkan buah pikirannya dengan bahasa tulis, karena menulis adalah kegiatan yg dekat keseharian guru, masak gak nulis padahal ada blog. Terimakasih tawarannya. Saya jelas mau banget, apalagi gratis. 🙂

  27. Menarik banget teori beraknya.. jadi tambah mules ini pengen nulis terus hehehe.. Thanks Pak..

  28. Wah, analogi yang bagus pak guru! Sepertinya akan menetap lama di otak murid kalau di jelaskan pada murid-murid di kelas.
    Btw, saya suka baca buku sambil makan, dan (kebetulan) juga berak sambil nulis, hehe.
    Salam kenal pak guru. :salaman:

    Helgeduelbek: Ah bisa aja…guyon ah…ok lam kenal balik 😀

  29. Sedikit provokatif, tapi boleh lah, buat membuka nyali yang baru belajar nulis. Moga2 ga keterusan .. jadi mau kebelakang mulu.

  30. Saya membaca komentar teman-teman ini Asli saya Tertawa, seperti tertawanya saya saat membaca pertama kali tentang tulisan tentang teori ini. Memang seperti dikatakan Erander, tulisan bang Ersis kebanyakan memang provoatif, jadi layak-lah penulisnya (Bang Ersis) kita katakan provokator untuk menulis. Tapi justru dari sinilah saya bersemangat dan terprovokasi untuk menulis dan juga membaca. Harapannya tidak hanya guru tetapi juga blogger rajin menulis meskipun tidak rajin update blog-nya.

  31. Wah, kalo gitu pepata ‘guru kencing berdiri’nya diganti aja:
    Guru berak nulis, Murid baca pipis

    Helgeduelbek: Loh kok bisa berubah gini? 🙂

  32. OK, mari kita saling silaturrahmi dan bersua di dunia maya. Apakah ini komunikasi guru doang? Coba ingat-ingat kelakuan guru dan dosen kita (saya guru lho) bertahun-tahun, malahan ada yang puluhan tahun mengajar … mengajarkan pikiran orang dari buku orang dan … merasa hebat. Coba tulis kan bisa disesuaikan dengan kondisi obyektif pembelajaran; bisa enak dicerna, didiskusikan dengan murid. Tapi, karena guru payah, jahiliyah menulis, ya … makai buku orang saja bisanya, dan … sering mengeluh. Kalau berani, sekali lagi kalau berani, … tulis, tulis, dan tulis … apa yang diomongkan di kelas. Menulis omongan sendiri saja ngak bisa. Keterlaluan bukan? Saya bertekad menajdi motivator penulisan, biar orang pada tersinggung, dan … menulis he … he …

    Oh ya, saya bangga kalau guru memanfaatkan IT, ngerti internet. Jangan sampai, malu ah, di kelas ngomongin tentang IT, ngeblok aza ngak biza, payah. Mari kita lawan ketertinggalan; ada bagian nasib bangsa koruptor ini di tangan guru. Guru yang tidak hanya bisa omong, dan kalau untuk seuatu akan … akan … dan akan. Tinggalkan. Kini tulis, tulis, dan tulis apa yang perlu ditulis.
    Salam sehat.
    Ersis.

    Helgeduelbek: Ini adalah blogsfer untuk semua, tidak terbatas bang. Buktinya rekan guru tidak banyak yang mau menuliskan komentarnya. Yang banyak meninggalkan jejak adalah rekan blogger yang memang sudah memiliki nafsu nulis tinggi.
    Wah paragraf pertama Saya trmasuk yang kenak tonjok nih, Semoga saya akan banyak menulis untuk anak didik saya. Terimakasih atas provokasinya.
    Salam sehat juga.

  33. Wah saya juga punya postingan miripan nih, cuma tulisan saya rada-rada terlalu puitizz en bisa bikin nangis bagi yang kelewat sensitif. Mari ikut saya melayang diangkasa idea, yaaa, dengan penatuts keyboard anda. sadaaapp, pamit dulu yak..*ngacir… Wassalamu’alaikum

  34. Bener juga ya, jorok kalo emang pas analoginya jadi lucu 🙂
    Salam kenel saya juga kahirnya memberanikan diri start Up bikin blog
    TIA

    Helgeduelbek: Pemakaian analogi seperti itu, menunjukkan bahwa penulis (bang EWA) gemes karena banyak orang beranggapan bahwa menulis itu sulit. Ok lam nal balik

  35. bagaimana dengan teori kentut?

    kentut itu angin…
    klo ditahan bisa masuk angin…
    klo ga suka.. pulangin…

    nah, untuk urusan tulis menulis…

    pikiran yang belum tertulis itu kentut…
    klo ditahan bisa masuk angin..
    klo ga suka.. keluarin dong jadi tulisan…

    😛

    Helgeduelbek: BTW kalau cuman angin malah mencemari gitu bahaya yah, ada gak kentut yang harum yang bisa mencerahkan, malah saya pernah baca bahwa tulisan di blog itu dianggap sampah (yg keluar dari anus). Agar itu tidak bener mari kita menulis dengan tulisan yang bagus saling mencerahkan, menyemangati.

  36. menulis yang sulit bukan menerangkan apa yang ada di kepala. Yang sulit adalah bagaiana yang simpel tapi padat dan bermakna. Saya baru menemukan tulisan model ini ada pada Prof. Dr. Quraisy Shihab. disamping bisa memilih kata. Bukan berrti dia itu sedikit makan dan sedikit berak dong yaa Bang…. hehehehe

    salam kenal
    wassalam
    kurt

    Helgeduelbek: Wah itu sudah bagus, saya rasanya masih dilevel menulis sulitmenerangkan apa yang ada dalam pikiran saya, malah sering gak nyambung dan terbata-bata.

  37. Setuju mas santri…
    ‘You know that i write slowly. This is chiefly because I am never satisfied until I have said as much as possible in a few words, and writing briefly takes far more time than writing at length’
    Itu yang disampaikan oleh Karl Friedrich Gauss…
    Tapi masalahnya adalah…
    Kadang penjelasan yang detail juga diperlukan kok…ya mungkin tergantung siapa respondennya juga sich…
    Kalau saya sih awalnya yang penting waton nulis insya Alloh nanti juga akan berkembang….
    jujur saja saya tidak senang dan tidak bisa menulis…
    saya lagi belajar dari teman-teman semua nih…

    Helgeduelbek: Wah merendah nih Sang raja… oke-lah monggo sareng-sareng belajar.

  38. Hebat. Menurut saya, apa pun yang Sampeyan tulis membuktikan betapa mudahnya menulis. Buktinya, ya tulisan Sampeyan. Jadi, apa susahnya menulis?

    Saya lebih suka kampanye mari menulis karena menulis sangat mudah. Saya ke muaranya. Yang utama menulis, soal penilaian nanti. Siapa pun penilai, atau komentator, pasti setelah ada tulisan. Mereka tertinggal satu langkah. Saya lagi mau masukin buku Menulis Mari Menulis. Minggu depan Insya Allah nonggol di http://www.blogersis.com.

    Mas Helgeduelbek: Aku mau jadi patnermu dalam memotivasi kawan-kawan menulis. Anjuran saya: Coba setiap orang menulis tentang susahnya menulis (awalnya) lalu kenapa bisa. Bisa jadi buku hebat lho. Nanti saya terbitkan. Gimana?

    Salam semangat menulis.

    Helgeduelbek: Perlu lebih sering belajar nyambung komponen pikiran sehingga enak dibaca. Terimakasih Bang EWA, saya lagi nulis juga, masih draft sih. Kalau jadi buku emm masih mimpi rasanya bang. *ucek-ucek mata* Yang penting nulis saja dulu ya.

  39. mengeluarkan isi pikiran sudah, namun menuangkanny ka bahasa yg mudah dmengerti itu yg kadang susah.. wew, pak guru, makasih linkny, harus bnyk membaca nih saya.. 🙂

  40. Kayaknya saya kekurangan serat nih, ee’ nya mampet mulu

  41. berarti nulisnya sambil berak ya?

  42. Wah…wah…judulnya ternyata gak cocok dengan apa yang saya pikirkan. Aku punya ide lain. Gimana kalo judulnya : “MENULIS ITU SEPERTI MENCRET”. Eh,…jangan berpikir jorok dulu. Maksud aku, menulis itu dapat disamakan seperti orang mo berak, mencret lagi. Nah, orang seperti itu akan melakukannya tanpa dipikir dalam-dalam dulu. Yang penting ada desakan kuat dari dalam dirinya untuk menuliskan sesuatu. Nah, kalo sudah begini, jangan ditahan-tahan lagi. Langsung tuliskan apa saja yang menyesakkan dada itu. Kalo sudah keluar semua, plong…lega rasanya. Tentu saja setelah itu tulisan harus dikoreksi lagi bila mo dipublikasikan. Kalo dah terbiasa, lama-lama menulis akan jadi suatu kebutuhan rohani.

  43. […] memang alasan. Pembenaran. Tapi ini pembenaran yang benar. Sebenar teori berak yang saya baca di blog Pak Urip. Aslinya itu teori dari Pak Ersis, tapi tulisan aslinya tak berhasil saya temukan karena telah […]